Minggu, 25 November 2012

makalah Gambar Diri LETY



BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Mungkin kita pernah bertemu atau memiliki seorang sahabat, keluarga, bahkan mungkin diri kita sendiri yang memiliki sifat minder, rendah diri atau istilah kerennya tidak pede, kasar, sombong, arogan, sering merasa curiga, dan sifat negative lainnya. Inilah yang disebut dengan Gambar diri yang rusak. Dan saat kita berada dekat atau bersahabat dengan orang yang memiliki gambar diri seperti ini, kita cenderung merasa kesal dan cengkel. Karena mereka tidak menyukai diri mereka sendiri, mereka meyakini orang lain juga tidak menyukai mereka dan menetapkan diri mereka sebagai orang yang harus ditolak. Kebanyakan akar dari konflik/permasalahan dalam hidup, masalah pribadi, dan kegagalan adalah rasa rendah diri. Jika, misalnya, saya percaya dan merasa saya gagal, saya akan menetapkan diri saya untuk gagal. Dan jika saya percaya bahwa saya orang yang buruk, saya akan bertindak sesuai dengan apa yang saya yakini. Hal  inilah yang mendorong saya untuk menulis makalah ini, yaitu agar kita dapat mengahargai diri kita sendiri, dan kita berharga dan sempurna di mata Yesus Kristus.
1.2.  Rumusan masalah
1.      Faktor apa yang membuat seseorang tidak dapat menerima dirinya sendiri ?
2.      Apa peran orang percaya dalam menghadap orang yang kehilangan gambar diri yang baik ?
1.3.Tujuan
-Untuk dapat mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita.
-Agar kita dapat menerima diri kita secara utuh dan dapat bersuka cita karenanya.
-Memiliki konsep diri yang benar.

BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Faktor penolakan diri
Penolakan diri dapat di artikan sebagai orang yang Tidak mau menerima kenyataan diri sendiri,  Tidak jujur pada diri sendiri, Menyembunyikan kegagalan, Mencari-cari alasan diluar diri sendiri, Ingin menjadi pusat perhatian, Membanggakan prestasi orang lain, Melempar kesalahan, serta Membenci diri sendiri.
Burns (1993) menyebutkan bahwa secara garis besar ada lima factor yang mempengaruhi pengembangan konsep diri, yaitu :
ü  Citra fisik, merupakan evaluasi terhadap diri secara fisik,
ü  Bahasa, yaitu kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi,
ü  Umpan balik dari lingkungan,
ü  Identifikasi dengan model dan peran jenis yang tepat
ü  Pola asuh orang tua.
a). Tidak puas pada keadaan diri sendiri
Sebenarnya, sumber utama ketidakpuasan manusia terhadap hidup ini berakar dari ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Kebencian terhadap orang lain merupakan pencerminan dari kebencian terhadap diri sendiri. Pada dasarnya manusia itu tidak mau ditolak oleh orang lain. Ia selalu berupaya sedemikian rupa sehingga ia diterima dan diakui oleh orang lain, terutama oleh orang tua atau keluarga yang membesarkannya. Oleh sebab itu ia akan berusaha sedemikian rupa agar ia diterima oleh orang tua dan keluarganya dengan cara memenuhi apa yang menjadi. Karena memiliki standar kesuksesan yang terlampau tinggi, jika ia mengalami kegagalan dalam pekejaan berarti penolakan terhadap dirinya, sehingga ia marah dan benci kepada dirinya sendiri. Kebencian pada diri sendiri inilah yang bisa menjadi potensi munculnya berbagai penyakit jasmani, gangguan-gangguan kejiwaan seperti stres, depresi, permusuhan terhadap orang lain, iri hati, senang menggosip orang lain, dan sebagainya.
b. Ketidakpuasan Terhadap Orang Lain
Ketidakpuasan manusia tidak hanya terbatas pada kepemilikan materi, tetapi juga dalam hubungan dengan orang lain. Kebanyakan kita sering merasa jengkel terhadap orang lain. Kita marah akan sikap dan tingkah laku mereka: pendek kata kita tidak puas dengan orang lain.
Ketidakpuasan terhadap orang lain dapat merupakan sumber kebencian dan permusuhan. Saya sering mendengarkan ungkapan-ungkapan yang keluar dari mulut seseorang: "Saya tidak suka dengan orang itu." Kalau ditanya mengapa ia tidak suka dengan orang itu, maka jawabannya: "Pokoknya, saya tidak suka!" Di dunia ini tidak ada manusia yang diciptakan persis sama. Dua orang bisa saja memiliki kemiripan yang sulit dibedakan tetapi tidak mungkin sama sekali. Tetap ada perbedaan walau sedikit di antara keduanya.
Perbedaan menjadi sumber ketidakpuasan satu terhadap yang lain. Sebab manusia mempunyai kecenderungan untuk menjadikan orang sesuai dengan keinginan dan latar belakangnya. Di saat kita memaksa orang lain untuk menjadi seperti yang kita inginkan di sanalah ketidakpuasan itu muncul. Ketidakpuasan itu bisa berlanjut dengan kemarahan, kebencian dan bisa-bisa sampai kepada pembunuhan.
Salah satu sifat yang dapat menolong agar kita bisa puas dengan orang lain ialah menerima orang lain apa adanya. Sikap ini dimulai dengan mengenal siapa orang itu; apakah kebutuhannya, bagaimana keadaan emosinya, dan tipe kepribadian apa yang dimilikinya, seperti semua latar belakang yang telah disebutkan di atas tadi. Setelah mengenal orang itu maka langkah selanjutnya adalah mengakui dan menghargai keunikan yang ada padanya termasuk keyakinannya, cara berpikirnya dan keputusan-keputusannya.Jangan mencoba menguasai dan merasa berhak atas orang lain, sebaliknya berusahalah untuk mengasihinya, dengan demikian Anda tidak usah kecewa dengan sikap seseorang.
c). Tidak mempercayai Allah sepenuhnya
Mereka tidak memahami bahwa :
-(efesus 2 :10) Kita adalah ciptaan Allah, dan melalui Kristus Yesus, Allah membentuk kita supaya kita melakukan hal-hal yang baik yang sudah dipersiapkan-Nya untuk kita.
-(mazmur 139 :14) Aku memuji Engkau sebab aku sangat luar biasa! Segala perbuatan-Mu ajaib dan mengagumkan, aku benar-benar menyadarinya.
-(kejadian 2 : 7) Kemudian TUHAN Allah mengambil sedikit tanah, membentuknya menjadi seorang manusia, lalu menghembuskan napas yang memberi hidup ke dalam lubang hidungnya; maka hiduplah manusia itu.
-(Yesaya 49 : 5) Sebelum lahir, aku dipanggil TUHAN menjadi hamba-Nya, untuk mengumpulkan umat Israel, supaya mereka kembali kepada-Nya. TUHAN menjadikan aku terhormat, Allah adalah kekuatanku.
2.2. Bahaya menolak diri sendiri
Penolakan terhadap diri sendiri banyak bersumber dari kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Akibatnya, seseorang dalam banyak hal menyembunyikan dirinya yang sebenarnya dibalik penampilanya yang semu. Tidak jujur pada diri sendiri, menyembunyikan kegagalan, mencari-cari alasan diluar dirinya, berupaya dengan banyak cara biar bisa menjadi pusat perhatian dan sebagainya, itu adalah sebagian bentuk dari penolakan diri sendiri.
a). Ciri-ciri orang menolak diri
Menurut Andrew Matthew dalam bukunya “Being Happy Teeneger” mengatakan bahwa Orang yang menolak diri sendiri menerapkan salah satu dari dua strategi seperti berikut:
- Sering mengeritik orang lain. Orang seperti ini akan berpikir bahwa dengan mengeritik orang lain, dia merasa lebih baik terhadap dirinya sendiri. Terkadang dia tidak menyadari mengapa melakukanya. Oleh karena itu tetep berpikir positif terhadap kritikan , jangan terlalu dimasukan kehati, karena kemungkinan yang mengeritik itu merasa iri hati ke kita.
- Sering mengeritik diri sendiri. Orang seperti ini akan berpikir bahwa dengan mengeritik diri sendiri, orang lain akan membalas dengan memujinya, dan itulah yang dia harapkan. Examplenya begini: “Mary tidak menyukai dirinya. Dia berkata kepada temannya “Kau lebih cantik dariku, lebih pintar, tidak ada yang menyukaiku”. Dalam hatinya dia berharap agar temanya kembali menjawab “Tidak mary! kau pintar, kau cantik, banyak yang menyukaimu”.
b). Akibat dari sikap menolak diri sendiri
-Putus asa. Hal ini disebabkan karena kita selalu menghakimi diri sendiri bahwa kita kurang beruntung, jelek, gagal, bernasib buruk, kita selalu merasa bahwa kita tidak memiliki kemungkinan untuk bernasib baik dll
- Kecewa dengan diri sendiri. Hal ini karena kita sering membanding-bandingkan kelemahan-kelemahan kita dengan kelebihan-kelebihan orang lain, sehingga kita kurang bersyukur atas apa yang sudah kita miliki dalam diri kita.
- Bunuh diri. Hal ini dikarenakan kita tidak memberi kesempatan pada diri sendiri untuk berkembang mencapai hasil yang maksimal dalam setiap usaha kita, sehingga yang ada hanyalah rasa putus asa dan kita mencari jalan pintas untuk mengahiri hidup karena merasa tidak bisa memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan.
2.3. Tahap-tahap penerimaan diri
a) Tahap dasar penerimaan Diri
1.      Temukan rasa tidak mengucap syukur terhadap Tuhan.
2.      Ucapkan syukur kepada Allh terhadap hal-hal yang ingin kita rubah.
3.      usahakanlah diri dengan pengorbanan  waktu, tenaga, pikiran, untuk menghasilkan karakter  kristus dalam hidup orang lain (mazmur 139 : 14-16)
4.      Yakinlah bahwa Tuhan membentuk dirimu.
5.      Mulailah untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain (2 kor 10:12)
6.      Standar ideal dari Tuhan adalah dari rohani, bukan secara fisik.
7.      Tuhan bisa mengorbankan keindahan fisik untuk keindahan rohani.
8.      Penampilan fisik, hanya figura saja.
9.      Kabahagiaan dan rasa berharga muncul lewat pengembangan karakter kristus dalam hidup kita.
‘Menerima’ adalah kata yang mudah diucapkan namun sangat sulit untuk dilakukan. Menerima realitas memang butuh proses yang mendalam. Namun jika seseorang telah mampu melampau tahapan proses penerimaan diri, maka penerimaan diri tersebut dapat menjadi energi yang sangat dasyat untuk menggapai impian. Sebaliknya jika seseorang individu belum melalui tahapan penerimaan diri terhadap kondisi dirinya, maka difabel dapat menjadi belenggu kehidupan dirinya.
Ada empat tahapan dalam proses penerimaan diri seseorang terhadap kenyataan yang tidak mengenakkan pada dirinya.
 Pertama adalah penolakan. Setiap individu memiliki kecenderungan untuk menolak suatu kondisi yang tidak ia inginkan. Banyak mekanisme yang dilakukan untuk menolak kenyatan yang tidak ia kehendaki, sebagian mereka mengurung diri dan menghindar untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Tahap kedua adalah tawar menawar. Yang dimaksud dengan tawar menawar dalam tahap ini adalah sebuah mekanisme yang dilakukan oleh individu untuk menutupi kondisi yang tidak dikehendakinya tersebut. Dia selalu berfikir bahwa kondisi difabel adalah sebuah kekurangan maka harus diseimbangkan dengan kelebihan di sisi lain.
Tahap ketiga adalah menerima. Jika seorang individu atau seorang difabel mengalami kelelahan dalam pergulatan dua tahapan yaitu menolak dan tawar menawar maka ia akan dengan terpaksa menyerah untuk menerima kenyatan dirinya. Memang asih ada catatan – catatan dalam tahapan ini dimana jika individu tersebut tidak sungguh kuat maka tahapan ini akan turun kembali pada tahapan kedua atau bahkan ke satu.
Tahap terakir atau tahapan puncak adalah Syukur. Dalam tahapan ini, kondisi difabel atau sebuah kondisi lain yang tidak mengenakkan oleh individu dimaknai sebagai anugrah kehidupan. Memang sulit bagi seseorang untuk mencapai tahapan ini, oleh karena itu tahapan ini disebut sebagai tahapan puncak dari seluruh proses penerimaan diri. Rasa syukur dalam tahapan ini dimaknai sebagai penerimaan realitas diri secara total dan meletakkan realitas diri tersebut sebagai fasilitas untuk menciptakan hidup yang lebih bermakna. Individu yang mencapai tahapan ini wajahnya akan selalu tampak cerah karena dia menjalani kehidupannya dengan penuh kesadaran bahwa hidup dan segala yang ada pada dirinya merupakan anugrah yang tak ternilai dari Tuhan. Individu tersebut akan selalu memenuhi setiap detak jantung kehidupannya dengan makna kehidupan


BAB III. PENUTUP
2.1.Kesimpulan
Ada beberapa hal yang dapat kita terapkan untuk memperbaiki gambar/konsep diri yang rusak : kita perlu untuk menjadi , saya harus hidup dalam harmoni dengan nilai-nilai moral dan etika yang sehat berdasarkan standar Allah, memastikan bahwa kita hidup dengan nilai-nilai itu dan tidak membiarkan melanggar batas-batasNya. Kegagalan untuk mengampuni membuat saya terikat dengan masa lalu saya dan terjebak oleh perasaan negative yang belum terselesaikan, yang paling terutama selain dari mencintai-diri dan penerimaan akan diri sendiri adalah selalu terhubung dengan Allah. Ini dimulai dengan mengakui sisi gelap kita dan dosa kita kepada Allah, meminta pengampunan dan menerimaNya ke dalam hati dan hidup kita sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita. Dan kemudian, saat kita telah mengambil langkah-langkah di atas untuk meningkatkan konsep diri, kita akan dapat menjangkau dan mengasihi orang lain.
2.2.Saran
Melihat yang terjadi saat ini akibat rusaknya gambar diri yang ada pada mereka, maka perlu di adakannya sosialisasi dan pemulihan gambar diri di gereja maupun di kalangan remaja, yang tentunya mencakup dunia remaja, selain itu perlu juga agar para remaja itu ikut dalam kegiatan yang bersifat positif serta saling membangun satu sama lain. Pendekatan yang di lakukan oleh hamba Tuhan yang mengerti tentang gambar diri dan betapa sangat berharganya kita di mata Yesus perlu di lakukan secara terus menerus dan semakin menjangkau jiwa-jwa yang telah salah mengambil langkahnya.

DAFTAR PUSTAKA
William Ebenstein; political Science, 197
 Hak-Hak Asasi Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,1994)
Bagaimana Anda Meresponi Ketika Anda Diperlakukan Tidak Adil, Jakarta: Light Publishing
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=786&res=almanac/
Sinulingga, Risnawaty, Pendidikan Agama Kristen untuk Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum,Medan: Pustaka Bangsa Press, 2006
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/11/pengertian-hukum.ht





           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar